Aku selalu takut untuk berbicara jujur dan mengungkapkan apa yang aku rasakan. Tapi aku rasa ini saat yang tepat untukku untuk membiarkan mereka mengetahui apa yang sebenarnya ingin aku katakan dan apa yang aku rasakan. Kalian tahu, aku punya ingatan yang sedikit bagus untuk menyimpan apa yang berharga untukku. Aku ingin mengatakan apa yang kalian tanyakan selama ini, yang membuat kalian mengambil 'tindakan' kepadaku. Hal yang sepele tapi aku akan mengatakan yang sebenarnya. Setidaknya ini akan menjadi kenanganku saat aku sudah berada ditempat yang berbeda dari kalian.
( I ) Desember 2010-Januari 2011
Ada kejadian penting disini saat aku berpura-pura tidak tahu untuk berusaha tidak ikut campur masalah orang lain, sama seperti yang aku lakukan sebelumnya. Tapi apa daya, terlalu banyak kejadian besar terjadi pada saat ini. Kebahagian dan kedukaan menghampiri beberapa orang yang berharga dalam hidupku. Ya, mereka, para sahabatku yang bahkan untuk mereka aku bersedia meminggirkan 'nyawa'ku. Dalam waktu dua bulan, aku melihat mereka yang aku sayangi meneteskan air mata dan kedukaan mengambil senyum dari wajah mereka. Aku yang saat itu ingin mangacuhkan mereka, tapi aku tidak mau. Aku ingin berada disamping mereka walau hanya sekedar melempar lelucon garing yang membuatku tolol. Aku melihat mereka berduka dengan semua masalah yang sedang mereka alami. Kemudian tanpa memikirkan perasaan mereka, aku mencoba menemani satu persatu dari mereka, mendengarkan apa yang mereka ingin katakan. Aku mendengarkan setiap cerita mereka, satu per satu tanpa harus aku beri tanggapan. Setiap cerita yang berbeda yang kemudian tanpa sadar mulai menarikku untuk ikut masuk. Dan saat itu, ada seseorang yang mengingatkanku, resiko yang akan aku dapatkan saat aku mengambil keputusan untuk meraih tangan yang terulur itu. "Ingat, salah satu dari mereka akan memanfaatkanmu" dan aku tak mempedulikannya. Yang ada dalam pikiranku saat itu adalah, bagaimana membuat mereka tersenyum lagi, titik, tak ada pemikiran lain. Toh kalau aku dimanfaatkan berarti aku punya sedikit manfaat.
Dan kemudian musibah itupun datang. Saat aku sedang 'mengijinkan' pikiranku menemani mereka menyelesaikan kekacauan, akupun mendapat kekacauan juga. 30 Januari 2011, aku diminta meninggalkan aktivitasku untuk sementara atau akan ada kejadian fatal yang akan aku alami. Aku tidak bisa mengatakan setuju kepada orang itu karena pada keesokan harinya, 31 Januari 2011 aku sudah berjanji untuk menemani seorang sahabat untuk melepaskan sedikit bebannya. Dan itu yang aku lakukan. Benar saja, aku tidak berguna selama seminggu kemudian sejak hari itu. Dan seseorang tanpa kesan berdosa berkata kepadaku 'nggak usah pura2'. Inginnya aku tertawa kepadanya untuk meyakinkan aku memang berpura2, tapi aku merasa akan ada yang mengalir keluar dari hidungku. Dan akupun berjalan menjauh sembari berpamitan pulang. Sekali lagi, aku membiarkan mereka berpikir apa yang mereka percayai. Jika mereka berpikir aku berpura2, maka itulah yang akan aku lakukan. Seperti apa yang pernah seseorang katakan padaku "Orang lain tak akan tahu apa yang kau alami, kecuali mereka mengalaminya. Dengan sedikit perubahan yang bisa membuatmu 'mati', mereka tak akan mengerti sakitnya menahan agar kau bisa tetap terlihat 'hidup' didepan mereka". Dengan begitu, mereka akan tetap berpikir seperti itu. Dikemudian hari saat aku tiba2 menghilang dan mengatakan aku sakit, aku akan senang jika mereka menganggap itu hanya pura2. Karena dengan begitu aku bisa dengan leluasa bebas dari rasa sakit dianggap 'berbeda'. Dan dua bulan itu kemudian berlalu dengan meninggalkan kenangan pada mereka semua, kenangan milik mereka. Dan aku, yang aku dapatkan adalah senyum mereka kembali.
No comments:
Post a Comment