Kekuatanku hanya untuk ditunjukkan,
Ketika sudah terlalu banyak yang aku sembunyikan dan tak bisa aku hadapi, aku hanya akan berlari dan menjauh tanpa mau menoleh sedikitpun pada hal itu. Saat aku memerlukan 'teman', aku berusaha menoleh dan melihat tak ada siapapun lagi disana, ditempat aku menjadi 'teman' mereka. Ketika seseorang berkata kepadaku tentang hal yang mereka lihat dan aku lakukan, ketika mereka mengkritikku karena aku melakukan hal yang tak mereka sukai, aku hanya akan menerima tanpa berkomentar apapun, karena itu memang salahku dan selamanya hanya salahku. Dan kemudian seseorang bertanya kepadaku, bagaimana kau hanya menerima saat mereka tidak pernah tahu alasan kau melakukan hal itu?apakah mereka 'teman'mu hanya akan menerima sisi dirimu yang bersih tanpa noda, yang melakukan hanya kebaikan tanpa peduli seberapa besar luka yang kau tutupi dengan membuat kesalahan itu? Dan kemudian, apakah mereka pernah bertanya tentang alasan itu? Tentu tidak bukan, hal itu hanya dasar untuk menjaga jarak dari teman. Bukan berarti dengan mengetahui alasanmu, kau akan mengajak mereka jatuh juga bukan? Mengungkapkan alasan atau hanya sekedar bercerita itu lebih adil ketika kau hanya disalahkan tanpa bisa memberi penjelasan, dan kemudian kau masih memilih jalan seperti itu?Maka larilah dari orang-orang yang menyebut diri mereka 'teman'. Dan rasanya, sangat kasar mereka meninggalkan seseorang yang sedang terluka. Itu akan menambah ketakutan dan luka orang yang ditinggalkan, lebih tepatnya seperti ungkapan 'Habis manis sepah dibuang', dengan kata lain, saat yang dilakukan adalah meninggalkan tanpa berusaha menoleh lagi, maka yang ditinggalkan tidak bisa berharap apapun karena bagi mereka dia hanyalah 'yang dibuang'.
Kata-kata itu sangat kasar, tapi benar. Saat sesuatu sudah terjadi tanpa bisa diperbaiki, satu-satunya kesempatan yang ada hanya saling melupakan dan membunuh ingatan satu sama lain. Saat kepercayaan juga sudah dirusak dan dihancurkan, kemudian kesempatan sudah dibuka untuk memperbaiki, apakah kesempatan itu berharga? Tidak! kadang mereka malah semakin senang dengan menghancurkan kesempatan itu dan semakin menumpuk luka. Dan ketika kebaikan, kepercayaan, kasih sayang dan harapan sudah dihancurkan, maka kesempatan terakhir adalah memaafkan. Tapi sayangnya, kesakitan yang sudah menumpuk itu belum sembuh dan meninggalkan bekas yang tak bisa dihilangkan. Apakah kata 'maaf' masih bisa diucapkan dan diterima?Tidak! hanya orang yang berjiwa besar dan berhati sangat lapang yang bisa melakukan hal tersebut. Dan, saat keputusan untuk melupakan dipilih dibandingkan dengan memaafkan, maka berarti sudah tidak ada kesempatan lagi, hal yang sudah dirusak sudah tak bisa diperbaiki. Dan untuk membuang semua ingatan memang tidak mudah, mungkin bisa dilakukan seperti kisah fiksi, tapi dalam kenyataan, menyembunyikan ditempat terdalam dihati, dan membiarkannya tetap sakit agar tak terjadi kesalahan kedua kali adalah salah satu pilihan yang bisa dilakukan. Dan pilihanku adalah, membiarkan semua cahaya itu berubah menjadi kegelapan dan akan terus menjadi kegelapan yang aku tutupi sampai aku siap membuka kembali jendela dan membiarkan cahaya kembali masuk. Untuk saat ini, dan untuk esok, yang aku lakukan adalah kembali menjadi 'dia' yang selalu 'hidup'.
Ketika sudah terlalu banyak yang aku sembunyikan dan tak bisa aku hadapi, aku hanya akan berlari dan menjauh tanpa mau menoleh sedikitpun pada hal itu. Saat aku memerlukan 'teman', aku berusaha menoleh dan melihat tak ada siapapun lagi disana, ditempat aku menjadi 'teman' mereka. Ketika seseorang berkata kepadaku tentang hal yang mereka lihat dan aku lakukan, ketika mereka mengkritikku karena aku melakukan hal yang tak mereka sukai, aku hanya akan menerima tanpa berkomentar apapun, karena itu memang salahku dan selamanya hanya salahku. Dan kemudian seseorang bertanya kepadaku, bagaimana kau hanya menerima saat mereka tidak pernah tahu alasan kau melakukan hal itu?apakah mereka 'teman'mu hanya akan menerima sisi dirimu yang bersih tanpa noda, yang melakukan hanya kebaikan tanpa peduli seberapa besar luka yang kau tutupi dengan membuat kesalahan itu? Dan kemudian, apakah mereka pernah bertanya tentang alasan itu? Tentu tidak bukan, hal itu hanya dasar untuk menjaga jarak dari teman. Bukan berarti dengan mengetahui alasanmu, kau akan mengajak mereka jatuh juga bukan? Mengungkapkan alasan atau hanya sekedar bercerita itu lebih adil ketika kau hanya disalahkan tanpa bisa memberi penjelasan, dan kemudian kau masih memilih jalan seperti itu?Maka larilah dari orang-orang yang menyebut diri mereka 'teman'. Dan rasanya, sangat kasar mereka meninggalkan seseorang yang sedang terluka. Itu akan menambah ketakutan dan luka orang yang ditinggalkan, lebih tepatnya seperti ungkapan 'Habis manis sepah dibuang', dengan kata lain, saat yang dilakukan adalah meninggalkan tanpa berusaha menoleh lagi, maka yang ditinggalkan tidak bisa berharap apapun karena bagi mereka dia hanyalah 'yang dibuang'.
Kata-kata itu sangat kasar, tapi benar. Saat sesuatu sudah terjadi tanpa bisa diperbaiki, satu-satunya kesempatan yang ada hanya saling melupakan dan membunuh ingatan satu sama lain. Saat kepercayaan juga sudah dirusak dan dihancurkan, kemudian kesempatan sudah dibuka untuk memperbaiki, apakah kesempatan itu berharga? Tidak! kadang mereka malah semakin senang dengan menghancurkan kesempatan itu dan semakin menumpuk luka. Dan ketika kebaikan, kepercayaan, kasih sayang dan harapan sudah dihancurkan, maka kesempatan terakhir adalah memaafkan. Tapi sayangnya, kesakitan yang sudah menumpuk itu belum sembuh dan meninggalkan bekas yang tak bisa dihilangkan. Apakah kata 'maaf' masih bisa diucapkan dan diterima?Tidak! hanya orang yang berjiwa besar dan berhati sangat lapang yang bisa melakukan hal tersebut. Dan, saat keputusan untuk melupakan dipilih dibandingkan dengan memaafkan, maka berarti sudah tidak ada kesempatan lagi, hal yang sudah dirusak sudah tak bisa diperbaiki. Dan untuk membuang semua ingatan memang tidak mudah, mungkin bisa dilakukan seperti kisah fiksi, tapi dalam kenyataan, menyembunyikan ditempat terdalam dihati, dan membiarkannya tetap sakit agar tak terjadi kesalahan kedua kali adalah salah satu pilihan yang bisa dilakukan. Dan pilihanku adalah, membiarkan semua cahaya itu berubah menjadi kegelapan dan akan terus menjadi kegelapan yang aku tutupi sampai aku siap membuka kembali jendela dan membiarkan cahaya kembali masuk. Untuk saat ini, dan untuk esok, yang aku lakukan adalah kembali menjadi 'dia' yang selalu 'hidup'.
No comments:
Post a Comment