Hari ini aku sedikit bertukar pikiran dengan ibuku, beliau mengatakan padaku bahwa kasih sayang dan cinta itu tidak pernah mengatakan "aku tidak kenal dirimu yang sekarang, aku tidak menyukai dirimu yang sekarang, aku tidak ingin kau berubah, aku tidak mau kau seperti itu" Sejenak aku bingung dengan kata2 ibuku. Tapi kemudian beliau melanjutkan, "Nak, kalau umpama kasih sayang dan cinta yang kami orang tua berikan kepadamu menuntut seperti itu, apakah kau akan berkembang?apakah kau akan mencoba hal baru?apakah kau akan tahu rasanya kehidupan?apakah kau akan berpikir bahwa kau akan salah?atau kau akan mengetahui apa2 yang harus kau ketahui?" Tanpa menjawab aku hanya menggeleng. Ibu kemudian berkata lagi "Nak, kasih sayang dan cinta itu akan menerima apa adanya, jika karena kasih sayang dan cintamu kau harus berubah dan bukan menjadi dirimu, itu bukan cinta, bukan kasih sayang tapi itu perjanjian. Selama kau seperti itu, ia akan menyayangi dan mencintaimu, tapi ketika kau berubah dan mulai memandang kehidupan, ia akan mulai tak nyaman kepadamu dan memintamu seperti dulu, maka itu perjanjianmu dengannya. Jadi, jangan pernah takut untuk mencoba dan belajar, menjadi seseorang yang memiliki pengetahuan memang penting, tapi alangkah mahalnya ketika perubahanmu selama proses belajar dan menjadi hal baik bagimu tak disukai oleh orang yang katanya menyayangimu. Sungguh kau telah terkurung pada perjanjian yang belum tentu baik untuk masa depanmu"
Yah, pembicaraan yang panjang memang tadi pagi. Seluruh beban kulepaskan dan kukatakan pada ibuku dan beliau begitu bijak dan tetap mau menerima masalahku. Aku memang telah banyak berubah selama proses belajarku, dan ibu benar mengatakan itu, aku berubahpun kasih sayang darinya tak berubah. Ibu tak menuntut aku menjadi gadis penurut ataupun gadis patuh yang selalu meng-iya-kan semua perintahnya. Ibu telah menerimaku sejak aku mulai belajar, walaupun dalam proses belajarku aku juga melakukan hal2 yang membuatnya marah dan kecewa, tapi dia tetap menerima perubahanku. Ya, ibu menerima perubahanku tanpa memintaku menjadi diriku yang penurut dan patuh, tanpa memaksaku melakukan hal2 yang disukainya, tanpa menyuruhku meninggalkan hal2 yang ia tak suka saat aku lakukan. Yah, Itulah kasih sayang dan cinta yang benar2 aku syukuri. Dan teman2ku juga sama, aku ingin berterima kasih pada kalian yang bisa menerima aku apa adanya. Yup...Ira...Rissa...Erna...Ratih dan Siska....Aku tanpa sadar belajar untuk menjadi lebih kuat karena kalian. Aku belajar tentang arti teman..sahabat...yang sebenarnya dari kalian.
Ah...ada satu hal yang tiba2 aku ingat. Ternyata "perjanjian" yang dibicarakan ibu memang ada dan aku menjadi saksinya. Yup...menuntut seorang sahabat untuk menjadi yang orang yang ia kenal. Hah..aku mangalaminya, saat sudah lama aku tak bertemu mereka, dan mereka mengatakan "Kok sekarang kayak ini?aku gak kenal sama kamu yang kayak ini?" Rasanya kayak dihakimi massal...Jleeebbb. Emang aku berubah harus ngomong2 ya sama kalian?bingung juga kalo aku mau melakukan sesuatu harus ngasih tahu kalian dulu. Jadi ragu aku kalian itu sahabat aku apa bukan?hummm...aku jadi ingin bertanya. Jika memang menyayangi secara tulus itu salah, bagaimana harus menghadapi perubahan orang yang kita sayangi?apakah ia tak boleh berubah? Dan, jika mencintai dengan tulus itu salah, bagaimana menyikapi perasaan kecewa saat orang yang kita cintai berubah? Yah, aku memang belum berpengalaman kalau urusan ini, tapi satu hal yang selalu aku yakini..Dengarkan kata hati, jika ia memilih, pikirkan dan gunakan logika untuk mengimbangi, kemudian serahkan pada hati kembali. Hatiku memilihkan yang terbaik untukku, dan jika suatu saat aku harus kehilangan dan mengalami kesedihan, kekecewaan ataupun kemarahan..aku tak akan menyalahkan hatiku, karena itu adalah proses belajar dan aku menikmatinya. Aku tak akan mematahkan hatiku sendiri, karena patah hati itu jika kita berharap pada manusia, sementara aku diajarkan untuk hanya berharap padaNya. In shaa Allah aku selalu begitu. :)
No comments:
Post a Comment