Tolong beritahu aku, adakah jalan yang dipilih seorang manusia tanpa memikirkan resiko yang akan dia hadapi?
Atau..
Tolong beritahu aku, jika ada jalan yang bisa ditinggalkan demi menghindari bencana besar yang akan menghancurkan diri sendiri dan orang terdekat?
Yah, selalu itu yang jadi pertanyaan. Mengambil resiko atau berlari dari kenyataan dan terus hidup dalam mimpi. Aku takkan berkata aku tak pernah bermimpi, aku seorang pemimpi yang ulung malah. Imajinasi dan mimpiku yang menjadi penghibur dalam hidupku. Ketika sesuatu yang tidak nyaman terjadi, aku akan membiarkan imajinasi dan mimpiku membawaku beristirahat sejenak ketempat yang aku bahkan tak tahu itu dimana. Dan, hanya waktu yang tahu kapan aku bisa menghilangkan ketidaknyamanan itu.
Aku pernah mencoba lari dari masalah, tapi kakekku dengan bijak berkata "jika kau menghindari masalah, masalah yang lebih besar akan mendatangimu. Masalah itu untuk membuatmu menjadi lebih dewasa jika kau berpikir positif padanya, tapi akan menjadi racun jika kau hanya meratapinya" Sedikit berlebihan, tapi benar nasehat beliau. Lari dari masalah sama saja memancing racun untuk datang kepadamu. Ketika kau tak sanggup menghadapinya, kau masih punya orang2 dekat yang bisa membantumu. Memang tidak semua orang yang bisa membantu menyelesaikan masalah, tapi ingatlah, Tuhanmu takkan memberi cobaan diluar kemampuan hambaNya. PertolonganNya akan datang darimana saja.
Menghadapi masa seperti ini memang membutuhkan ekstra tenaga dan ekstra pikiran untuk tetap fokus. Tapi, fokusku telah dihancurkn terlebih dahulu. Aku mengalami yang namanya meratapi kesedihan dan kehilangan semangat hidup. Hanya terus melangkah yang aku tahu. Entah jalan yang benar atau salah aku tak mengerti, tapi sepertinya uluran tangan "orang" sepertimu hanya membuatku semakin tertekan. Dulu aku bingung kenapa aku bisa meminjamkan kakiku sebagai "tongkat" kepada orang lain. Meminjamkan tanganku untuk "menggantikan" tangannya yang tak bisa apa2, dan meminjamkan pikiranku untuk menenangkannya. Aku tak tahu bagaimana aku melakukannya pada orang lain, tapi aku tak bisa melakukannya pada diriku. Yang berharga bagiku, yang tak ternilai harganya pun "dipecahkan" tanpa belas kasih sehingga aku tak tahu bagaimana bangkit. Masa seperti ini hanya ingin berhibernasi dengan tenang, tapi hanya untuk memejamkan mata saja aku tak bisa.
No comments:
Post a Comment